Dalam upaya mendukung program nasional percepatan penurunan stunting dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya tumbuh kembang anak, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Nagari Mungka tahun 2025 melaksanakan kegiatan pengukuran antropometri untuk anak usia 0 hingga 9 tahun. Kegiatan ini dilaksanakan di dua jorong, yakni Jorong Padang Baru dan Jorong Koto Baru, yang menjadi wilayah kerja posyandu di bawah koordinasi Nagari Mungka.
Stunting masih menjadi tantangan besar di Indonesia, tak terkecuali di Sumatera Barat. Data menunjukkan bahwa stunting disebabkan oleh kekurangan gizi kronis yang berlangsung lama dan menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, hingga menurunnya produktivitas anak saat dewasa. Berangkat dari urgensi tersebut, kegiatan pengukuran antropometri oleh mahasiswa KKN ini menjadi strategi kunci untuk mendeteksi dini kondisi pertumbuhan anak
Antropometri sebagai Langkah Awal Pencegahan Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, terutama dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)—sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun. Dalam konteks Nagari Mungka, terdapat 173 anak usia 0–9 tahun yang menjadi sasaran program. Jumlah ini setara dengan 12,97% dari total populasi nagari.
Dengan jumlah tersebut, Nagari Mungka menghadapi tantangan yang tidak bisa dianggap enteng. Masa usia 0–9 tahun merupakan fase emas dalam perkembangan anak, di mana intervensi gizi, kesehatan, dan pengasuhan sangat menentukan masa depan anak. Stunting yang tidak ditangani akan berdampak pada kualitas generasi muda, memperbesar ketimpangan sosial, dan menurunkan daya saing bangsa.
Melalui kegiatan pengukuran antropometri yang dilakukan oleh mahasiswa KKN, diharapkan dapat diperoleh data akurat mengenai status gizi anak. Data tersebut menjadi pijakan untuk merancang kebijakan dan tindakan yang lebih tepat sasaran, baik oleh pemerintah nagari, puskesmas, maupun lembaga sosial masyarakat.
Pelaksanaan kegiatan menggunakan metode kolaboratif antara mahasiswa KKN, pemerintah nagari, kader posyandu, dan tenaga kesehatan. Adapun tahapan kegiatan meliputi:
- Koordinasi dan Perizinan
Mahasiswa KKN melakukan koordinasi awal dengan Wali Nagari, kepala jorong, kader posyandu, dan pihak puskesmas sebagai bentuk sinergi dan pembagianperan.
- Sosisalisasi kepada orang tua
Sebelum pengukuran dimulai, orang tua diberikan edukasi singkat mengenai pentingnya memantau pertumbuhan anak dan dampak stunting terhadap masa
- Pelaksanaan Pengukuran Antropometri
Pengukuran dilakukan sesuai standar WHO, yaitu :
- Berat badan menggunakan timbangan digital (atau analog saat alat rusak)
- Tinggi/panjang badan dengan microtoise/stadiometer
- Lingkar kepala menggunakan pita ukur khusus
- Pencatatan dan Analisis Data
Hasil pengukuran langsung dicatat, dikalkulasi, dan dibandingkan dengan kurva WHO (Z-Score) untuk mengetahui status gizi anak.
- Digitalisasi dan Upload Data
Data yang diperoleh dikompilasi dalam file Excel dan diunggah ke sistem informasi kesehatan milik Nagari Mungka.
Kegiatan ini bukan hanya seremonial semata. Melalui kolaborasi dengan masyarakat dan pemerintah nagari, mahasiswa KKN telah berkontribusi langsung dalam pemetaan status gizi anak. Kegiatan ini menjadi cerminan bahwa upaya deteksi dini dan edukasi masyarakat bisa dilakukan secara partisipatif, murah, dan efektif.
Harapan besar dititipkan agar kegiatan ini tidak berhenti di sini. Pemerintah nagari diharapkan bisa menjadikan data yang telah dihimpun sebagai dasar perencanaan kebijakan gizi dan kesehatan. Lebih dari itu, program pengukuran antropometri ini sebaiknya dijadikan agenda tahunan yang bersifat rutin dan terstruktur.